Sabtu, 23 Oktober 2010

MENIKMATI KULINER KHAS MADIUN










Pecel adalah makanan khas Kota Madiun Jawa Timur Indonesia yang terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai (sejenis mentimun) atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel. Konsep hidangan pecel mirip dengan hidangan salad dari Eropa. Keduanya sama-sama menggunakan sayuran segar sebagai bahan utama dan menggunakan topping. Perbedaanya adalah, jika salad menggunakan mayonaise sebagai topping, maka pecel menggunakan sambel pecel. Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah dan cabe rawit yang dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica dan garam. Pecel sering juga dihidangkan dengan rempeyek kacang, rempeyek udang atau lempeng beras. Selain itu pecel juga biasanya disajikan dengan nasi putih yang hangat ditambah daging ayam atau jerohan. Cara penyajian bisa dalam piring atau dalam daun yang dilipat yang disebut pincuk. Masakan ini mirip dengan gado-gado, walau ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan. Rasa pecel yang pedas menyengat menjadi ciri khas dari masakan ini.

JALAN JALAN KE KAMPUNG BATIK LAWEYAN

Laweyen adalah salah satu sentral Batik di Solo. Kampung ini Tentunya ada banyak sekali sejarah yang tertinggal di kapung ini dan menjadi icon Batik Solo.Batik merupakan hasil karya seni tradisional yang banyak ditekuni masyarakat Laweyan. Sejak abad ke-19 kampung ini sudah dikenal sebagai kampung batik. Itulah sebabnya kampung Laweyan pernah dikenal sebagai kampung juragan batik yang mencapai kejayaannya di era tahun 70-an. Menurut Alpha yang juga pengelola Batik Mahkota,
        Di kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Batikan, dan Jongke, yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada tahun 1912. Bekas kejayaan para saudagar batik pribumi tempo doeloe yang biasa disebut 'Gal Gendhu' ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik.
Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman, yang berada di poros Keraton Kasunanan Surakarta - bekas Keraton Mataram di Kartasura. Dari Jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut regol. Sepintas tak terlalu menarik, bahkan banyak yang kusam. Tapi begitu regol dibuka, barulah tampak bangunan rumah besar dengan arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari bangunan utama di tengah, bangunan sayap di kanan-kirinya, dan bangunan pendukung di belakangnya, serta halaman depan yang luas.
Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang dirawat dan dijadikan homestay Roemahkoe yang dilengkapi restoran Lestari.Tentu saja tak semuanya bisa membangun "istana" yang luas, karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun "istana"-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit yang hanya cukup dilewati satu orang atau sepeda motor.
Tapi di sinilah uniknya. Menelusuri lorong-lorong sempit di antara tembok tinggi rumah-rumah kuno ini sangat mengasyikkan. Kita seolah berjalan di antara monumen sejarah kejayaan pedagang batik tempo doeloe. Pola lorong-lorong sempit yang diapit tembok rumah gedongan yang tinggi semacam ini juga terdapat di kawasan Kauman, Kemlayan, dan Pasar Kliwon. Karena mengasyikkan, menelusuri lorong-lorong sejarah kejayaan Laweyan yang eksotis ini bisa menghabiskan waktu. Apalagi jika Anda melongok ke dalam, melihat isi dan keindahan ornamen semua "istana" di kawasan ini.Tapi sayangnya satu per satu bangunan kuno yang berarsitektur cantik, hancur digempur zaman, digantikan ruko atau bangunan komersial baru yang arsitekturnya sama sekali tidak jelas. Pemerintah daerah setempat tak bertindak apa pun menghadapi kerusakan artefak sejarah ini. Bahkan bekas rumah Ketua Sarekat Dagang Islam H. Samanhoedi, yang seharusnya dilindungi sebagai saksi sejarah, sudah tidak utuh lagi, bagian depannya digempur habis. Bekas istana Mataram di Kartasura juga dibiarkan hancur berantakan.

Senin, 04 Oktober 2010

tentang madiun

Madiun Kota Gadis, itulah kata2 semboyan yg kita jumpai saat memasuki Kota Madiun, baik dari arah Solo maupun dari Surabaya. Tentu saja pikiran kita kan terimagi bahwa di Kota Madiun banyak terdapat gadis. Memang bayangan kita tidak salah, karena pada kenyataannya penduduk perempuan di Kota Madiun lebih banyak daripada penduduk laki2nya, hal ini dapat terlihat dari perkembangan penduduk di Kota Madiun, di mana pada tahun 2006, keadaan penduduk perempuannya berjumlah 102.993 jiwa, bandingkan dengan penduduk laki2nya yg berjumlah 95.752 jiwa. Bahkan saat kita menelusuri jalanan Kota Madiun, kita kan jumpai banyak gadis2 yg lewat, baik yg mau bersekolah, kuliah, belanja maupun bekerja.
Namun semboyan Madiun Kota Gadis sebenarnya merupakan pelaksanaan visi Kota Madiun, yaitu tekad Kota Madiun mewujudkan Kota Madiun sebagai Kota Perdagangan, Pendidikan dan Pariwisata. Langkah ke arah tersebut dapat dilihat dari semakin berkembangnya transaksi perdagangan di Kota Madiun yg ditandai dengan, diantaranya, banyaknya peritel skala nasional maupun internasional yg melebarkan sayap bisnisnya ke Kota Madiun baik berwujud mini maupun supermarket seperti Indomart, Alfamart, Matahari, Sri Ratu, Giant bahkan Carefour pun sudah menancapkan kuku bisnisnya di Kota Madiun. Hal ini tentu tidak lepas dari kondisi geografis Kota Madiun yg terhampar pada dataran rendah antara 70 35’45” LS70 40’ LS dan 111’ – 112’ Bujur Timur membentang ke arah Utara Selatan sepanjang 7,5 km dan arah Timur Barat sepanjang 6 km serta Luas Wilayah 33,23 km2 dan terletak di persimpangan jalur utama Propinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah serta dijadikan sebagai pusat pengembangan Jawa Timur Bagian Barat, menjadikan Kota Madiun sebagai tempat yg strategis untuk mengembangkan bisnis.
Sementara untuk pengembangan pendidikan, di Kota Madiun saat ini sudah berdiri sekolah Nasional Berstandar Internasional pada SMAN 3 Madiun, bahkan banyak pelajar2 Kota Madiun yg berprestasi ditingkat Nasional bahkan Internasional, baik di bidang akademik maupun olahraga. Dan sekolah2 di Kota madiun banyak yg menjadi tujuan menuntut ilmu pelajar dan mahasiswa dari daerah2 sekitarnya seperti Magetan, Ngawi, Ponorogo, bahkan ada yg dari propinsi lain seperti Kalimantan, Papua dan NTT.
Sedangkan di pariwisata walaupun Kota Madiun tidak memiliki potensi wisata alam seperti Telaga Sarangan di Magetan, Telaga Ngebel di Ponorogo namun Kota Madiun memiliki sarana dan prasarana yg memadai sebagai tempat transit maupun stay bagi wisatawan yg berkunjung ke tempat wisata tersebut. hal ini dikarenakan selain terdapat sarana belanja yg baik di Kota Madiun terdapat hotel mulai dari kelas melati hingga hotel berbintang dan ditunjang dengan sarana transportasi yg baik di terminal bus dan stasiun kereta api besar.
Sedangkan untuk tujuan wisata di Kota Madiun mengandalkan wisata iptek pada PT. INKA yg merupakan pabrik pembuatan kereta api terbesar di Asia Tenggara, wisata religi dan budaya pada Masjid Kuno Taman dan Masjid Kuno Kuncen.
selain itu di Kota Madiun juga terdapat stadion sepakbola yg cukup megah dan sering dijadikan homebase bagi tim2 peserta Liga Indonesia seperti Persekabpas, Persik, Persebaya dan Persibo.